Kamis, 22 November 2007

Cangkir Yang Cantik

Sepasang kakek dan nenek pergi belanja ke sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya. “Kau benar, itu cangkir tercantik yang pernah ku lihat,” ujar si kakek.
Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara. “Terima kasih untuk perhatiannya. Perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tanah kotor melempar aku ke sebuah roda putar.
Kemudian ia mulai memutar-mutar hingga aku merasa pusing. Stop! Stop! Aku berteriak, tetapi orang itu berkata, “Belum!” Lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop! Teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Pana! Panas! Teriakku dengan keras. Stop! Cukup! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata, “Belum!”
Akhirnya, ia mengangkatku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir selesailah penderitaanku. Oh, ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop! Stop! Aku berteriak.
Wanita itu berkata, “Belum!” Lalu ia memberikanku aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong! Hentikan penyiksaan ini! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang itu tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.
Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala ku lihat diriku.
Teman, seperti itulah Allahswt. membentuk kita. Pada saat Allah swt. membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi, itulah cara mengubah kita agar lebih cantik dan memancarkan kemuliaan-Nya.
Teman, anggaplah sebagai kebahagiaan apabila kamu jatuh ke dalam berbagai cobaan, sebab Anda tahu bahwa ujian menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan ini memperoleh buah yang matang supaya Anda menjadi sempurna, utuh, dan tak kekurangan sesuatu apapun.
Apabila Anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan berkecil hati karena Allah swt. sedang membentuk Anda. Bentukan-bentukan itu memang menyakitkan, tetapi setelah semua proses itu selesai Anda akan melihat betapa cantinya Allah membentuk Anda.
[Di ambil dari buku “Kekuatan Cinta” oleh Irfan Toni Herlambang]

Tidak ada komentar: