Jumat, 02 November 2007

tunas kedewasaan

saat ku hanyut dalam usia yang dini..
tak pernah ku sadari arti kedewasaan
ketika ku berselimut dari kedinginan zaman..
ku rasa selimutku tebal bersama orang-orang sekitarku
kadang ku memandang langit
berceloteh riang bersamanya
melukis sesuatu yang indah
tapi..
Tuhan tak membiarkan terus berjalan seperti ini
ada batu yang menjatuhkan badanku..
oh tidak!
batu itu terlalu besar buatku..
sakit..
itu pasti..
tapi ku tahu.
Allah membisikkan sesuatu kepadaku..
Ridha.., pagi akan berlalu dan bersiaplah menyambut siang
istirahatlah.. berhenti terus berlari..
dan akupun sadar
Tuhan menyayangiku..
perlahan ku bangun,
tersenyum..
dan berhenti berlari
inilah tunas kedewasaan yang harus ku siram..
terimakasih Tuhan..

candu yang tercipta

Tuhan.. terimakasih untuk semua yang Kau beri,
tak ada kata apapun yang mampu mengungkapkan kasih-Mu..
kebersamaan-Mu yang tak pernah mengenal perpisahan,
kesetian dengan ketiadaan kata penghianatan..
Tuhan.. saat kesendirian memasung, Kaulah yang melepas belengggu itu.
ketika mata tak mampu terpejam oleh teriakan noda dosa,
Kau datang dengan lantunan merdu maghfirah-Mu..
oh Tuhanku..
Kau selalu punya jawaban untuk semua keraguan
hanya Kau lah yang mampu menghentikan tangisanku
cinta-Mu yang kini ada..
takkan pernah ku lepas
dan takkan pernah
aku terlalu candu
dan tak pernah bisa lepas darimu
oh Tuhanku..
Ar-Rahman yang Rahim..
biarkan ku ada dalam dekapan kasih-Mu

kasihku untuk dunia

dunia telah membuatku membuka mata.jika dulu, ku hanya sibuk dengan kamarku, sekarang dunia telah membuatku lebih berharga. terimakasih dunia, aku kini sadar,... diriku menginginkan udara untuk bernafas, mataku lelah dengan kepengapan suasana yang ada.jiwaku terlalu letih mengemban obsesi yang tak mampu ia pikul.untukmu dunia sepenuh cinta ku titipkan kasih yang purna.