Dengan senyum yang masih terlukis di bibirku, ku buka amplop
Assalamualaikum wr wb
Syukur buat Allah atas karunia dan anugerah indah yang Ia berikan karena aku telah mengenalmu sejak 4 tahun yang lalu. Teriring salam kepada Rasul yang memberi kita tauladan agar mampu menjalani kehidupan dengan kekuatan yang ia contohkan.
Kau pasti ingat kata-kataku setahun yang lalu, di keramaian wisuda itu, “nantikan ku 3 tahun lagi, aku akan menjemputmu.”
Kau benar, “biarkan takdir yang berbicara, karena Allah punya cinta yang kadang tak mampu kita eja”. itulah jawaban yang kau beri saat itu dan aku akui itu.
Semoga Allah menguatkan hatiku dan hatimu.amin..
Seseorang yang membanggakanmu
Fathur
“sya..!!, panggilan S2 Beasiswa dari
“Sya mau mengambil beasiswa S2 ke
Maafkan Sya, selama ini Sya mengecerwakan umi dengan tidak mengikuti saran umi untuk mengambil beasiswa itu hanya karena sebuah penantian Sya buat Fathur yang tak pernah pasti. tapi sekarang Sya janji umi, Sya tidak akan mengecewakan umi untuk kedua kalinya.
***
4 tahun kemudian
Di sebuah rumah sakit di
“Ma, papa tinggal ke toilet dulu ya, mama sama Rehu disini aja”
“Iya pa, kita tunggu di kursi
“boleh saya duduk di sini mas?” aku meminta izin untuk duduk di samping seorang laki-laki yang kelihatannya sebaya dengan ku.
“O, iya silahkan mba” orang itu menggeser duduknya dan ternyata..
“Fathur?” aku tak mungkin melupakan orang ini, ia yang pernah ikut melukis hidupku dengan cinta.
“Sya?!” ia terlihat serba salah namun aku tetap bersikap biasa, sesimpul senyum aku coba ulurkan, karena bagaimanapun, ia adalah teman yang baik yang pernah ku temui.
“Apa kabar?”
“Alhamdulillah Sya, aku baik. Ngomong-ngomong siapa yang sakit? Ini anakmu?”
Aku tersenyum,
“Aku ke sini dengan mas Arif suamiku, dia dokter di sini. oya, kenalkan, ini Rehu anakku. Sayang, ini om Fathur..”
“Assalamualaikum om, nama saya Lehu, Lehu Fasya!” kata Rehu seraya mengulurkan tangannya dengan senyum khas yang ia tunjukkan setiap bertemu dengan orang baru.
“Wa’alaikum salam warahmatullah.. Nama om Fathur, senang bisa berkenalan dengan Rehu” Fathur menyambut uluran tangan Rehu dan melukiskan senyum dibibirnya untuk Rehu.
“Mama, om Fathul ini orang pintal ya ma, soalnya om Fathul pake kaca mata.” Aku tersenyum mendengar ocehannya. Ku dekap ia, dan ku cium pipi manisnya.
Saat semuanya sepi, Fathur membuka pembicaraan.
“Sya,, aku minta maaf ya atas kejadian empat tahun yang lalu, aku benar-benar tidak menyangka akan seperti itu jadinya” Fathur menatapku sekilas lalu menundukkan kepalanya.
Aku hanya tersenyum,
“sudahlah, aku sudah memaafkanmu sejak lama, tidak ada yang salah, karena itu hanyalah satu warna yang ada pada hidup kita yang Allah lukiskankan. Kalau boleh jujur, ketika aku menerima
“Fathur, saat aku diwisuda, tak bisa ku pungkiri, ketika itu aku sangat merindukan saat-saat kita diwisuda bersama teman-teman yang lain. Kejadian itu kembali hadir di benakku, waktu kau memintaku untuk menunggumu 3 tahun. Tapi di saat yang bersamaan, sepucuk
Dan tak berapa, sosok yang ku tunggu datang.
“Ayo ma, papa sudah selesai” Ajak suamiku
“aku pergi dulu ya fathur, salam buat istrimu dari aku dan keluarga, yunajjihuna! Assalamualaikum..” satu kata sebelum salam yang ku ucapkan mengagetkannya, karena kata itulah yang biasanya ku kirimkan di akhir sms ketika masih dibangku kuliah.
Dengan sedikit tergagap ia menjawab,
“Amin.., Wa’alaikum salam warahmatullah..”
“Mari mas” Sapa suamiku seraya melempar senyum kepada fathur.
Ku amit lengan suamiku dan pergi.
lantunan semilir angin takdir menghulurkan cinta yang tak pernah habir untuk manusia... maka nikmat yang manakah lagi yang kamu dustakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar