dalam sebuah tulisan hati berbicara tanpa suara, disana kata-kata menjadikannya kekal.tak mampu terhapus angin tak jua waktu..
Kamis, 21 Februari 2008
ada tanpa nama
membaca apa yang sedang ada..
namun..
aku tak berani memberinya nama
kenapa semuanya harus ada
ada yang yang tak bisa ku sadari
dengan sendirinya keberadaannya ada
lalu, apa namanya
entahlah
aku tak berani memanggilnya
ia ada yang tanpa nama
Minggu, 17 Februari 2008
aku yang tak sempurna
Maafkan aku, aku bukanlah orang yang sempurna
Aku lah yang tak bisa mencegah hadirnya cinta
Bukan orang yang mampu memungkirinya
Aku yang tak sempurna
Yang tak mampu merahasiakan cinta
Menulis ayat-ayat cinta
Di sudut kehidupan yang lain
Maafkan aku yang tak sempurna
Membuatmu bangga dan berpaling kecewa
Tapi.., aku lah yang tak sempurna
Aku adalah yang tak sempurna
Namun,
Akan ku tanggalkan cinta
Di atas sajadah cinta
Atas nama cinta
Dalam sujud
yang menyelimutiku dengan cinta
Jumat, 15 Februari 2008
sebuah lorong kehidupan
walau tak mengerti, segurat makna ku selipkan
mataku menerawang dalam cahaya baru
mereka menamainya kelahiran
tak ada jalan yang tak bisa disusuri kebahagiaan
hatilah yang menjadi kunci
namun yang menjadi pintu adalah kehambaan
menghias hidup dalam doa
harapan
Tuhan
pelita hati tak lah seterang rembulan
gulita malam tak melampau gundahku
dekap hamba saat berjalan
karena ku tau
hingga Kau memanggilku
nama-Mu haruslah ada diselubung hatiku
aku mengerti
semuanya tak hanya harus dilewati
lorong-lorong kelahiran
harapan
pelita di lembah kematian
Rabu, 13 Februari 2008
Lukisan Abstrak Sekeping Hati

Tak mudah membuat semuanya terasa ringan, selalu saja aku berfikir seperti itu. Pesimistis yang selalu tertanam. Namun, perfeksionis yang dimiliki seorang melankolis seprtiku yang kadang membuatku bangkit dan tak ingin tertinggal, namun egoisme sering muncul bersamaan dengan itu. Dan aku rapuh karena tak ada kekuatan yang lebih yang mampu melayangkanku lebih tinggi.
Tak ada yang tak sempurna, dan itulah aku. Mengejar kesempurnaan dalam khayal, ya hanya dalam khayal. Akupun tertunduk dan bersembunyi dalam diam.
“Kau benar, orang lain tak berhak mengetahui apa yang kau rasakan. Tapi bukan berarti kau harus bersembunyi dalam diammu.
Ku seka air mataku dan berdiri tanpa meraih tangan tulusnya, “Maafkan aku, aku tak bisa meyakinkan diriku, bahwa aku layak untuk dibanggakan, pantas untuk diselimuti harapan. Aku hanya akan mengubur harapan itu dan membuat orang-orang yang membanggakanku kecewa, begitu juga dengan kau, ku hanya bisa mengecewakanmu” Tanpa menatap wajahnya aku berlari dan berusaha bengkit sendiri,aku ingin membuatmu bangga padaku dan mengabulkan setiap harapan itu, tapi aku belum yakin dengan diriku. Biarkan aku berlari sendiri dan mewujudkan apa yang bisa ku lakukan untukmu dan orang-orang yang menyayangiku. Karena tak semuanya bisa ku wujudkan kawan…
Aku memang melepas ikatan janjiku, tak ingin kau ikat dan terbang dalam kebebasan. Aku lah burung kecil yang berangan terbang. Sesekali aku melayangkan sayap, terbang tinggi. Namun, ketika angin menerjangku, aku tak bisa mengangkat hatiku kawan, aku pun menitipkan pesan di udara. Suara hatimu terdengar dan mulai ku eja. Betapa ku menyadari Tuhan menyayangiku dengan keberadaanmu. Aku lumpuh sejenak, membenamkan duka bersama lirik pesanmu, mengumpulkan kekuatan dan kembali terbang.
Kadang kau menyapaku dari rerumputan, memberiku kekuatan agar bisa terbang yang melayangkan sayap lebih tinggi. Dan akupun terbang dengan tinggi dan sangat tinggi. Tapi,, aku tak lagi bisa melihatmu. Aku merindukamu, keegoisanku tak mengizinkan sayapku mengalun lamban dan terbang lebih rendah.
Kenapa kau tak ikut bersama elang dan menyapaku yang terbang tinggi.? Di mana kau sekarng? Sudahkah kau percaya kekuatanku yang mampu melayang tinggi? Ataukah kau tak lagi memahami kerapuhanku?
Izinkan aku menang untuk sekali ini, agar aku tahu bahwa akupun berarti dan tak serapuh apa yang ku tahu dari hatiku
Meng-eja Cinta

Dengan senyum yang masih terlukis di bibirku, ku buka amplop
Assalamualaikum wr wb
Syukur buat Allah atas karunia dan anugerah indah yang Ia berikan karena aku telah mengenalmu sejak 4 tahun yang lalu. Teriring salam kepada Rasul yang memberi kita tauladan agar mampu menjalani kehidupan dengan kekuatan yang ia contohkan.
Kau pasti ingat kata-kataku setahun yang lalu, di keramaian wisuda itu, “nantikan ku 3 tahun lagi, aku akan menjemputmu.”
Kau benar, “biarkan takdir yang berbicara, karena Allah punya cinta yang kadang tak mampu kita eja”. itulah jawaban yang kau beri saat itu dan aku akui itu.
Semoga Allah menguatkan hatiku dan hatimu.amin..
Seseorang yang membanggakanmu
Fathur
“sya..!!, panggilan S2 Beasiswa dari
“Sya mau mengambil beasiswa S2 ke
Maafkan Sya, selama ini Sya mengecerwakan umi dengan tidak mengikuti saran umi untuk mengambil beasiswa itu hanya karena sebuah penantian Sya buat Fathur yang tak pernah pasti. tapi sekarang Sya janji umi, Sya tidak akan mengecewakan umi untuk kedua kalinya.
***
4 tahun kemudian
Di sebuah rumah sakit di
“Ma, papa tinggal ke toilet dulu ya, mama sama Rehu disini aja”
“Iya pa, kita tunggu di kursi
“boleh saya duduk di sini mas?” aku meminta izin untuk duduk di samping seorang laki-laki yang kelihatannya sebaya dengan ku.
“O, iya silahkan mba” orang itu menggeser duduknya dan ternyata..
“Fathur?” aku tak mungkin melupakan orang ini, ia yang pernah ikut melukis hidupku dengan cinta.
“Sya?!” ia terlihat serba salah namun aku tetap bersikap biasa, sesimpul senyum aku coba ulurkan, karena bagaimanapun, ia adalah teman yang baik yang pernah ku temui.
“Apa kabar?”
“Alhamdulillah Sya, aku baik. Ngomong-ngomong siapa yang sakit? Ini anakmu?”
Aku tersenyum,
“Aku ke sini dengan mas Arif suamiku, dia dokter di sini. oya, kenalkan, ini Rehu anakku. Sayang, ini om Fathur..”
“Assalamualaikum om, nama saya Lehu, Lehu Fasya!” kata Rehu seraya mengulurkan tangannya dengan senyum khas yang ia tunjukkan setiap bertemu dengan orang baru.
“Wa’alaikum salam warahmatullah.. Nama om Fathur, senang bisa berkenalan dengan Rehu” Fathur menyambut uluran tangan Rehu dan melukiskan senyum dibibirnya untuk Rehu.
“Mama, om Fathul ini orang pintal ya ma, soalnya om Fathul pake kaca mata.” Aku tersenyum mendengar ocehannya. Ku dekap ia, dan ku cium pipi manisnya.
Saat semuanya sepi, Fathur membuka pembicaraan.
“Sya,, aku minta maaf ya atas kejadian empat tahun yang lalu, aku benar-benar tidak menyangka akan seperti itu jadinya” Fathur menatapku sekilas lalu menundukkan kepalanya.
Aku hanya tersenyum,
“sudahlah, aku sudah memaafkanmu sejak lama, tidak ada yang salah, karena itu hanyalah satu warna yang ada pada hidup kita yang Allah lukiskankan. Kalau boleh jujur, ketika aku menerima
“Fathur, saat aku diwisuda, tak bisa ku pungkiri, ketika itu aku sangat merindukan saat-saat kita diwisuda bersama teman-teman yang lain. Kejadian itu kembali hadir di benakku, waktu kau memintaku untuk menunggumu 3 tahun. Tapi di saat yang bersamaan, sepucuk
Dan tak berapa, sosok yang ku tunggu datang.
“Ayo ma, papa sudah selesai” Ajak suamiku
“aku pergi dulu ya fathur, salam buat istrimu dari aku dan keluarga, yunajjihuna! Assalamualaikum..” satu kata sebelum salam yang ku ucapkan mengagetkannya, karena kata itulah yang biasanya ku kirimkan di akhir sms ketika masih dibangku kuliah.
Dengan sedikit tergagap ia menjawab,
“Amin.., Wa’alaikum salam warahmatullah..”
“Mari mas” Sapa suamiku seraya melempar senyum kepada fathur.
Ku amit lengan suamiku dan pergi.
lantunan semilir angin takdir menghulurkan cinta yang tak pernah habir untuk manusia... maka nikmat yang manakah lagi yang kamu dustakan.
Muara Hati
Ku tatap pesisir
Deru ombak pecah berderai
Menyulam kesepiannya bersama pasir
Menghempas gusarnya pada karang
Dimana dahaga akan pudar?
Kemana kaki harus mengayun?
Jika tak ada palung yang menghentikan hati
Mendapatkan segenap rindu purnama
Tahukah kau sebenarnya?
Kehampaan jiwa menggelayuti waktuku
Saat tersadar membangkitkan tubuh dari kelenaan
Berselimut duka yang tak bermuara
Dan disini aku mengadu
Memuarkan kerinduan pasti
Belajar Meng-eja dan membaca
Ayat-ayat senandung cinta
Dalam sajadah yang basah
Sujud pasrah seorang hamba
By: 3r-Risya Bachrian